Ceritanya sekarang beralih di kala saya sudah bercelana abu-abu, alias udah SMU nih. Ya meski baru SMU 1 sih. Well suatu siang seperti biasa, sepulang sekolah saya tidur siang, percayalah tidur siang itu menyenangkan banget. Oh ya dulu saya dijuluki maniak tidur karena waktu di SMU saya hobi banget tidur, dalam 1 hari saya bisa tidur 8-10 jam. Oh balik ke cerita, jadi saat saya terbangun entah mengapa dada kiri saya begitu sakit, entah menarik atau menghembuskan nafas sakitnya kaya orang bengek deh. Saya pikir akan cepat hilang, jadi saya pergi ke rumah teman untuk balikin VCD yang saya pinjam, setelah sampai sakit yang saya rasakan tak kunjung hilang, saya bilang pada teman saya bahwa dada saya terasa sakit banget.
Saya pulang dan saya bilang pada mama saya, pada malamnya saya benar-benar menderita, setiap saya bisa menarik nafas itu sangat mukjizat karena rasanya sakit sekali seperti ditindih pesumo Jepang gitu. Orang tua saya memutuskan membawa saya esok harinya ke pusat radiologi untuk dirontgen. Hasil rontgen mengatakan saya tidak apa-apa, tapi emang dasar nyokap penasaran dia datang pada tetangga yang profesinya dokter. Selanjutnya benar-benar sangat mengejutkan, dengan polosnya dokter tetangga itu bilang pada nyokap bahwa paru-paru saya mengecil dan kalau tidak cepat dibawa ke RS, paru-paru saya akan tinggal satu biji!!! Oh My God, yang bener aja, saya hanya cuma bisa bernafas dengan sebiji paru-paru...tamatlah daku...
Dengan panik saya dibawa ke RS PIK (Pantai Indah Kapuk) dan saya daftar dekat ruang UGD, Ya ampun disana saya ngeliat orang habis ketabrakan, keadaannya mengenaskan pokoknya didominasi dengan warna merah deh. Imaginasiin aja sendiri yang jelas bukan ketumpahan sambel Lombok deh. Oke, saya ketemu dengan dokternya uda cukup tua juga, dan dengan gampangnya dia hanya bilang kalo masalahnya saya terlalu kurus. Dulu saya dengan tinggi 175 cm, tapi hanya 50 kg. Mirip deh tuh ama tiang listrik di pinggiran desa.
Intinya saya ga suka di RS, saya beneran ga betah jadi saya suka nyelonong gitu keluar-keluar dari kamar ampe disangka mau kabur ama perawat. Di hari kedua dokternya bilang kalo keadaan tidak semakin membaik saya akan dioperasi dengan dimasukin selang untuk disedot udara dalam paru-paru, oh tidak ogah banget. Dalam keputus asaan saya berdoa pada Tuhan penyembuh kita yang ajaib. Tidak lama, teman saya SMS tentang Mazmur 23 Tuhan adalah gembalaku. Di saat itu iman saya bangkit bahwa Tuhan adalah setia, dan saya tidak akan pernah berjalan sendirian. Di hari ke 3 saya pulang setelah di malam ke 2, teman-teman gereja saya datang dan mendoakan saya. Mereka pikir saya diinfus dan dimasukin segalam macam hal-hal aneh kaya di tv-tv gitu, bahkan waktu mereka datang ke kamar saya, saya tidak ada karena saya lagi jalan-jalan ke lobby.
Well saya merasa bingung untuk apa Tuhan ijinin saya rasain paru-paru yang nyaris tinggal satu, itu menjadi salah satu hari tergelap bagi saya, berpikir akan hidup hanya dengan satu paru-paru. Sampai 1 minggu kemudian saat masuk sekolah, teman-teman sekelas jadi geger dan bener care ma saya, seolah-olah saya barang antik dari Taiwan. Pada waktu itu anak-anak kelas 2 dan 3 sering banget datang ke kelas saya untuk merokok karena jauh dari kantor guru, akan tetapi hari itu menjadi sangat berbeda. Saat mereka datang, mereka ga diijinkan merokok oleh teman-teman saya, bahkan teman saya yang bandel-bandel memaksa mereka untuk tidak merokok di kelas saya. Wow, setelah hari itu tidak pernah lagi ada kakak kelas yang merokok di kelas-kelas. Wah ternyata sulit dipercaya gara-gara hanya seorang anak SMU 1 yang nyaris kehilangan 1 paru-parunya, Tuhan dapat mengubah keadaan sekolah. Hari itu benar-benar seperti sinar matahari yang masuk di sela-sela awan mendung dan kembali menyinari bumi yang tadinya tertutup gelap. Ratusan tahun lalu, seorang pahlawan wanita yang kita kenal dengan nama Raden Ajeng Kartini pernah menulis tentang ”Habis gelap terbitlah terang”, sepertinya tulisan beliau terjadi pada diri saya, dan seperti apa kata Tuhan kita Bapa yang sempurna yang mengatakan ”Aku membuat segala sesuatu indah pada waktunya...”. here what they always said ”when the darkness gone, shine will come”.
Saya pulang dan saya bilang pada mama saya, pada malamnya saya benar-benar menderita, setiap saya bisa menarik nafas itu sangat mukjizat karena rasanya sakit sekali seperti ditindih pesumo Jepang gitu. Orang tua saya memutuskan membawa saya esok harinya ke pusat radiologi untuk dirontgen. Hasil rontgen mengatakan saya tidak apa-apa, tapi emang dasar nyokap penasaran dia datang pada tetangga yang profesinya dokter. Selanjutnya benar-benar sangat mengejutkan, dengan polosnya dokter tetangga itu bilang pada nyokap bahwa paru-paru saya mengecil dan kalau tidak cepat dibawa ke RS, paru-paru saya akan tinggal satu biji!!! Oh My God, yang bener aja, saya hanya cuma bisa bernafas dengan sebiji paru-paru...tamatlah daku...
Dengan panik saya dibawa ke RS PIK (Pantai Indah Kapuk) dan saya daftar dekat ruang UGD, Ya ampun disana saya ngeliat orang habis ketabrakan, keadaannya mengenaskan pokoknya didominasi dengan warna merah deh. Imaginasiin aja sendiri yang jelas bukan ketumpahan sambel Lombok deh. Oke, saya ketemu dengan dokternya uda cukup tua juga, dan dengan gampangnya dia hanya bilang kalo masalahnya saya terlalu kurus. Dulu saya dengan tinggi 175 cm, tapi hanya 50 kg. Mirip deh tuh ama tiang listrik di pinggiran desa.
Intinya saya ga suka di RS, saya beneran ga betah jadi saya suka nyelonong gitu keluar-keluar dari kamar ampe disangka mau kabur ama perawat. Di hari kedua dokternya bilang kalo keadaan tidak semakin membaik saya akan dioperasi dengan dimasukin selang untuk disedot udara dalam paru-paru, oh tidak ogah banget. Dalam keputus asaan saya berdoa pada Tuhan penyembuh kita yang ajaib. Tidak lama, teman saya SMS tentang Mazmur 23 Tuhan adalah gembalaku. Di saat itu iman saya bangkit bahwa Tuhan adalah setia, dan saya tidak akan pernah berjalan sendirian. Di hari ke 3 saya pulang setelah di malam ke 2, teman-teman gereja saya datang dan mendoakan saya. Mereka pikir saya diinfus dan dimasukin segalam macam hal-hal aneh kaya di tv-tv gitu, bahkan waktu mereka datang ke kamar saya, saya tidak ada karena saya lagi jalan-jalan ke lobby.
Well saya merasa bingung untuk apa Tuhan ijinin saya rasain paru-paru yang nyaris tinggal satu, itu menjadi salah satu hari tergelap bagi saya, berpikir akan hidup hanya dengan satu paru-paru. Sampai 1 minggu kemudian saat masuk sekolah, teman-teman sekelas jadi geger dan bener care ma saya, seolah-olah saya barang antik dari Taiwan. Pada waktu itu anak-anak kelas 2 dan 3 sering banget datang ke kelas saya untuk merokok karena jauh dari kantor guru, akan tetapi hari itu menjadi sangat berbeda. Saat mereka datang, mereka ga diijinkan merokok oleh teman-teman saya, bahkan teman saya yang bandel-bandel memaksa mereka untuk tidak merokok di kelas saya. Wow, setelah hari itu tidak pernah lagi ada kakak kelas yang merokok di kelas-kelas. Wah ternyata sulit dipercaya gara-gara hanya seorang anak SMU 1 yang nyaris kehilangan 1 paru-parunya, Tuhan dapat mengubah keadaan sekolah. Hari itu benar-benar seperti sinar matahari yang masuk di sela-sela awan mendung dan kembali menyinari bumi yang tadinya tertutup gelap. Ratusan tahun lalu, seorang pahlawan wanita yang kita kenal dengan nama Raden Ajeng Kartini pernah menulis tentang ”Habis gelap terbitlah terang”, sepertinya tulisan beliau terjadi pada diri saya, dan seperti apa kata Tuhan kita Bapa yang sempurna yang mengatakan ”Aku membuat segala sesuatu indah pada waktunya...”. here what they always said ”when the darkness gone, shine will come”.
0 komentar:
Posting Komentar