Saya dari SMP, entah kenapa sering menjadi tempat curhat dari teman-teman saya. Macam-macam yang diceritain dari ribut ama orangtua, putus cinta, diduain, ditigain, ditolak mentah-mentah, ditolak setengah matang juga ada, bahkan sampai cerita mau bunuh diri. Intinya semua cerita itu mengungkapkan rasa tidak puas atas hidup mereka, rasa menolak kenyataan seakan ingin berkata ” Kenapa harus saya Tuhan?”, perasaan sepertinya ia sudah ditakdirkan menjadi orang malang sedunia, yah semacam itu perasaan menjadi orang paling banyak mengeluarkan air mata.
Saya sering juga menanyakan ke Tuhan mengapa banyak orang di dunia sepertinya ditakdirkan untuk menderita, emangnya Tuhan gak peduli yah ama mereka yang mengalaminya? Jujur aja palingan jawaban yang di dapat kalau nanya-nanya sama orang ya: ”Tabah yah nak”, ”Sabar yah”, ”Kasian deh loe”, dll.
Sewaktu saya kelas 3 SMP, saat ujian selesai ya biasa saya dan teman-teman tidak langsung pulang tapi main-main dulu menikmati kemerdekaan setelah seminngu ujian akhir. Tapi pada saat itu kepala saya sedang sakit, jadinya saya memutuskan untuk langsung pulang saja, tetapi sebelum saya pulang saya bertemu dengan salah satu teman baik saya yang sedang falling in love dengan anak cewek dari kelas sebelah, dia langsung titip tas dia ke saya karena dia mau antar cewek itu ke rumah temannya. Saya sebenarnya gak mau karena kalau orangtuanya cariin, saya bingung jawabnya karena pada waktu itu kita masih gak boleh pake motor jauh-jauh, sedangkan teman saya ini antar cewek yang dia suka pergi keluar kompleks perumahan.
Saya pulang lalu tidur, tetapi saya terbangun oleh klakson mobil, dan ternyata bokap teman saya ini cariin dia, oh my God, akhirnya saya putusin untuk bela teman saya ini dengan ngomong ke bokapnya saya tidak tahu dia kemana, tapi saya akan bantu mencarinya. Akhirnya dengan kepala masih pusing saya pergi dengan salah satu teman saya mencari teman baik saya ini, saya cari sampai keluar kompleks dengan resiko ketilang polisi, setelah sekian lama mencari akhirnya saya dapat informasi, teman saya sudah pulang. Dengan kepala sakit dan hati dongkol, saya pergi ke rumah teman baik saya itu. Akan tetapi saat belokan menuju rumah teman saya itu, jalanannya sedang diperbaiki jadi banyak pasir kecil. Lalu terjadilah malapetaka tersebut, saat saya belok dari belakang ada motor lain menyalip saya, saya kaget dan langsung rem tangan sehingga ngesot di aspal, percayalah keadaan saya saat itu gak kalah menyeramkan dengan suster ngesot.
Saya dibawa ke rumah saya dengan keadaan motor rusak dan badan penuh luka yang menyakitkan karena pasir-pasir kecil tadi masuk ke dalam daging saya yang terluka akibat panasnya aspal. Tidak lama setelah itu, nama saya terpaksa di coret dari tim sepakbola sekolah yang 1 minggu lagi ikut perlombaan, saat saya mendengar keputusan itu dari guru saya, saya benar-benar merasa kecewa karena saya benar-benar ingin tampil di sana, saat itu saya juga dipercayakan menjadi playmaker dan kapten tim. Malam harinya saya tidak bisa tidur karena sakit, semua badan saya nyeri, saya sampai menangis karena sakitnya benar-benar mak nyos. Saya menjerit dalam hati saya ” GOD KENAPA SIH? Aku udah berusaha membela teman saya, bahkan dengan sakit-sakit aku berusaha mencari dia, tapi sekarang apa balasannya? aku kehilangan banyak hal, badan ku sakit, nama ku dicoret dari tim sepakbola, motor ku rusak...Engkau tidak adil.” Setelah puas melampiaskan kemarahan saya pada Tuhan saya pun tertidur. Tidak ada jawaban dari Dia.
Hari-hari setelah kejadian itu, saya lalui dengan kekesalan meski teman saya itu lalu minta maaf, tapi saya tidak dapat mengerti kenapa Tuhan ijinkan saya mengalami hal ini. Dia tidak pernah menjawab langsung pada saya sampai pada hari ini, akan tetapi Ia menjawab saya dengan kehadiran teman-teman saya, entah kenapa mereka menjadi perhatian pada saya, mereka yang tadinya suka isengin saya juga mulai baik pada saya, bahkan guru-guru saya menaruh perhatian pada saya akibat luka-luka saya ini. Suatu hal menyenangkan di balik penderitaan ini membuat saya jadi pribadi yang berbeda, sehingga saya menyadari apa artinya menjadi seorang teman, seperti Yesus berkata Love each others as I love you. Seorang teman memang dapat dijadikan sandaran.
Saya sering juga menanyakan ke Tuhan mengapa banyak orang di dunia sepertinya ditakdirkan untuk menderita, emangnya Tuhan gak peduli yah ama mereka yang mengalaminya? Jujur aja palingan jawaban yang di dapat kalau nanya-nanya sama orang ya: ”Tabah yah nak”, ”Sabar yah”, ”Kasian deh loe”, dll.
Sewaktu saya kelas 3 SMP, saat ujian selesai ya biasa saya dan teman-teman tidak langsung pulang tapi main-main dulu menikmati kemerdekaan setelah seminngu ujian akhir. Tapi pada saat itu kepala saya sedang sakit, jadinya saya memutuskan untuk langsung pulang saja, tetapi sebelum saya pulang saya bertemu dengan salah satu teman baik saya yang sedang falling in love dengan anak cewek dari kelas sebelah, dia langsung titip tas dia ke saya karena dia mau antar cewek itu ke rumah temannya. Saya sebenarnya gak mau karena kalau orangtuanya cariin, saya bingung jawabnya karena pada waktu itu kita masih gak boleh pake motor jauh-jauh, sedangkan teman saya ini antar cewek yang dia suka pergi keluar kompleks perumahan.
Saya pulang lalu tidur, tetapi saya terbangun oleh klakson mobil, dan ternyata bokap teman saya ini cariin dia, oh my God, akhirnya saya putusin untuk bela teman saya ini dengan ngomong ke bokapnya saya tidak tahu dia kemana, tapi saya akan bantu mencarinya. Akhirnya dengan kepala masih pusing saya pergi dengan salah satu teman saya mencari teman baik saya ini, saya cari sampai keluar kompleks dengan resiko ketilang polisi, setelah sekian lama mencari akhirnya saya dapat informasi, teman saya sudah pulang. Dengan kepala sakit dan hati dongkol, saya pergi ke rumah teman baik saya itu. Akan tetapi saat belokan menuju rumah teman saya itu, jalanannya sedang diperbaiki jadi banyak pasir kecil. Lalu terjadilah malapetaka tersebut, saat saya belok dari belakang ada motor lain menyalip saya, saya kaget dan langsung rem tangan sehingga ngesot di aspal, percayalah keadaan saya saat itu gak kalah menyeramkan dengan suster ngesot.
Saya dibawa ke rumah saya dengan keadaan motor rusak dan badan penuh luka yang menyakitkan karena pasir-pasir kecil tadi masuk ke dalam daging saya yang terluka akibat panasnya aspal. Tidak lama setelah itu, nama saya terpaksa di coret dari tim sepakbola sekolah yang 1 minggu lagi ikut perlombaan, saat saya mendengar keputusan itu dari guru saya, saya benar-benar merasa kecewa karena saya benar-benar ingin tampil di sana, saat itu saya juga dipercayakan menjadi playmaker dan kapten tim. Malam harinya saya tidak bisa tidur karena sakit, semua badan saya nyeri, saya sampai menangis karena sakitnya benar-benar mak nyos. Saya menjerit dalam hati saya ” GOD KENAPA SIH? Aku udah berusaha membela teman saya, bahkan dengan sakit-sakit aku berusaha mencari dia, tapi sekarang apa balasannya? aku kehilangan banyak hal, badan ku sakit, nama ku dicoret dari tim sepakbola, motor ku rusak...Engkau tidak adil.” Setelah puas melampiaskan kemarahan saya pada Tuhan saya pun tertidur. Tidak ada jawaban dari Dia.
Hari-hari setelah kejadian itu, saya lalui dengan kekesalan meski teman saya itu lalu minta maaf, tapi saya tidak dapat mengerti kenapa Tuhan ijinkan saya mengalami hal ini. Dia tidak pernah menjawab langsung pada saya sampai pada hari ini, akan tetapi Ia menjawab saya dengan kehadiran teman-teman saya, entah kenapa mereka menjadi perhatian pada saya, mereka yang tadinya suka isengin saya juga mulai baik pada saya, bahkan guru-guru saya menaruh perhatian pada saya akibat luka-luka saya ini. Suatu hal menyenangkan di balik penderitaan ini membuat saya jadi pribadi yang berbeda, sehingga saya menyadari apa artinya menjadi seorang teman, seperti Yesus berkata Love each others as I love you. Seorang teman memang dapat dijadikan sandaran.
0 komentar:
Posting Komentar