25 November 2008

My Lowest Point

Pada dasarnya semua manusia akan pernah mengalami kejatuhan yang menyakitkan dalam hidup mereka. Manusia paling bijak di muka bumi ini mengatakan “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya”. Jika ada waktunya untuk naik, maka ada pula waktunya untuk turun. Jadi 2 minggu lalu, 7 Juni 2008 adalah waktu di mana saya turun hingga lembah terbawah dan terkelam dalam sejarah kehidupan saya saat ini. Saya menyebutnya titik terendah dalam hidup saya.

Kisah ini bermula saat Leaders meeting yang singkat cerita memutuskan entah saya benar ataupun salah, saya tidak ambil bagian dalam pelayanan youth 3 bulan untuk tampil di stage. Entah itu untuk preaching, ataupun sekedar memimpin closing pray for youth service. Merupakan pengalaman yang sangat menyakitkan saat orang-orang terdekat kamu dan orang-orang yang kamu pimpin berpendapat negatif terhadap kamu, masalahnya bukan di kata-kata mereka, kesakitan yang sesungguhnya yang saya alami adalah orang-orang terdekat kamu dan orang-orang yang kamu pimpin kehilangan kepercayaan terhadap kamu, itu yang jauh lebih menyakitkan ketimbang tidak pelayanan 3 bulan.

Saya banyak menangis. Sungguh, benar-benar sangat mudah mengeluarkan air mata saat mengingat-ingat kejadian seperti itu. Saya sungguh-sungguh dalam kondisi menyedihkan saat itu. Actually I’m thinking for resign as Youth Leader at that time. I cried to God, I can’t hold this pain and I ask to Him “Why? Why its happen to me?”

Terpujilah nama Tuhan ketika Ia mengirimkan seorang “Yonatan” dalam hidup saya. Dia tidak melakukan banyak hal ketika itu, dia hanya memberi waktunya di tengah-tengah keletihan aktivitas dia sepanjang hari itu. Dia hanya mendengarkan, dan memberi saran yang unik, dia menyarankan untuk banyak senyum dan berbesar hatilah.

Setelah malam itu saya sungguh-sungguh menghentikan kecengengan saya, dan saya berkata pada jiwa saya mulai hari ini cukup, tidak akan ada lagi air mata yang keluar karena masalah ini. Saya tidak memberi waktu untuk saya mengasihani diri saya sendiri, saya gunakan tiap waktu untuk memandang kepada hidup orang lain ketimbang meratapi kesedihan saya. Sungguh ini proses pemulihan hati yang sangat efektif. Perlahan namun pasti saya menemukan kembali kekuatan di dalam Yesus Tuhan.

Leaders meeting II, 7 Juni 2008, saya memutuskan untuk juga tidak ambil bagian dalam PW, bukan karena saya pengecut, tapi karena ini adalah keputusan yang terbaik untuk bersama. Salah satu keputusan besar dalam hidup saya untuk merelakan pelayanan saya, bukan, yang lebih tepat merelakan keegoan saya. Saya sadar jika seseorang tidak pernah ada di lembah kelam, selamanya ia tidak mungkin dapat menolong orang lain keluar juga dari lembah kelam tersebut. Saya harus masuk ke dalam lembah kelam tersebut. Lembah kelam yang tajam di sisi-sisinya dan yang jauh perjalanan ke ujungnya.

Kenyataan bahwa inilah pertama kalinya dalam sejarah DYC Taman Surya dalam 14 tahun memiliki seorang KGL yang didisiplin, diperguncingkan oleh gereja tetangga, tidak dipercayai oleh keluarga rohani sendiri, 3 bulan tidak melayani, dan hal yang mengherankan adalah tepat 6 tahun saya melayani PW adalah hari yang sama pula saya memulai waktu disiplin saya, inilah lembah kelam yang harus saya jalani selama 3 bulan.

Setelah 6 tahun Tuhan selalu memberi promosi, dan kali ini Dia berpikir sebaliknya, Dia mengijinkan saya jatuh setelah naik terus 6 tahun, dengan tanganNya Dia menurunkan saya sampai ke titik terbawah. Akan tetapi, bukan karena banyaknya atau lamanya seseorang melayani yang dikatakan hebat, seseorang dikatakan hebat jika ia memiliki respon yang tepat saat menghadapi masalah, dan ia tetap bersemangat untuk bangkit. Hanya karakterlah yang membuat seseorang terkenal dan terkenang.

Here I am my lowest point…

Oh saya lupa memberitahu, saya sudah melihat ujung lembah kelam di sana, pintu goa kemenangan, hmmm…ini hanya sesaat…

0 komentar: