Saya selalu melihat hidup itu seperti sebuah perjalanan, perjalanan yang menyenangkan meski sering kali ada beberapa simpangan penuh dengan air mata, tetapi secara jujur tidak ada yang dapat mengalahkan perjalanan hidup seseorang di planet ini bahkan dibandingkan perjalanan Neil Amstrong ke bulan sekalipun. Perjalanan ini sangat menyenangkan karena banyak pengalaman-pengalaman yang Tuhan ajarkan entah kita sadari atau tidak. Sejak saya menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini bukanlah suatu kebetulan, entah mengapa saya lebih dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam tiap peristiwa dalam hidup saya, saya senang menyebutkan Tuhan itu berbuat ketidak sengajaan yang disengaja.
Dalam perjalanan hidup saya selama ini, mungkin memang terlalu muda buat saya untuk menulis banyak hal karena memang saya belum banyak pengalaman, kata orang tua dulu itu belum makan banyak garam. Meskipun saya salt-maniac, semoga saja tidak high blood. Hahahahaha...bahasa inggris darah tinggi kawasan Cengkareng pojokan. Entah kenapa tapi saya hanya mencoba menuliskan apa saja yang terjadi dalam hidup saya, semoga tulisan ini dapat memberkati setiap orang yang membacanya.
Well perjalanan hidup saya dimulai tanggal 29 November 1986, nyaris lahir di bajaj, thanx God that’s not happen to me. Waktu kecil saya termasuk the most hospital visitor di keluarga saya, aneh emang ada-ada saja, dari tangan kejepit pintu besi padahal lagi main petak umpet sama bokap, demam berdarah (I hope God cursed that mosquito he7), dan di rumah sakit saya juga jadi buronan para suster karena sering kabur dari kamar. Buat saya disuntik itu salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam kehidupan manusia yang adil dan beradab, really I mean it. Pelarian saya dari kamar pasien selalu berakhir dengan kekalahan telak, saya selalu kena tangkap dan di ikat pada empat sisi ranjang saya, I’m so helpless.
Oke, tidak usah terlalu banyak cerita masa kecil saya, percayalah terlalu banyak hal lucu dan tidak dapat digantikan. Saya sampai sekarang suka merasa aneh dengan kehidupan saya saat remaja mulai dari SMP, saya sekolah di Galatia 3, saya menjadi orang yang pendiam, pasif, sedikit teman tapi saya memiliki beberapa teman baik. Saya betah buat diam saat jam istirahat naik ke atas ruang kebaktian di lantai 4 dan hanya melamun melihat awan atau sekeliling, intinya benar-benar kagak jelas waktu itu ngapain.
Semua itu mulai berbeda saat saya mulai mengenal siapa itu Yesus Kristus, pribadi yang bukan sekedar Tuhan pencipta yang maha agung, tetapi teman yang mau duduk bersebelahan, diam dengarin semua curhat, bahkan iseng sama saya. Semua itu yang ingin saya tuliskan dan ceritakan di sini. Hope that bless you all.
Dalam perjalanan hidup saya selama ini, mungkin memang terlalu muda buat saya untuk menulis banyak hal karena memang saya belum banyak pengalaman, kata orang tua dulu itu belum makan banyak garam. Meskipun saya salt-maniac, semoga saja tidak high blood. Hahahahaha...bahasa inggris darah tinggi kawasan Cengkareng pojokan. Entah kenapa tapi saya hanya mencoba menuliskan apa saja yang terjadi dalam hidup saya, semoga tulisan ini dapat memberkati setiap orang yang membacanya.
Well perjalanan hidup saya dimulai tanggal 29 November 1986, nyaris lahir di bajaj, thanx God that’s not happen to me. Waktu kecil saya termasuk the most hospital visitor di keluarga saya, aneh emang ada-ada saja, dari tangan kejepit pintu besi padahal lagi main petak umpet sama bokap, demam berdarah (I hope God cursed that mosquito he7), dan di rumah sakit saya juga jadi buronan para suster karena sering kabur dari kamar. Buat saya disuntik itu salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam kehidupan manusia yang adil dan beradab, really I mean it. Pelarian saya dari kamar pasien selalu berakhir dengan kekalahan telak, saya selalu kena tangkap dan di ikat pada empat sisi ranjang saya, I’m so helpless.
Oke, tidak usah terlalu banyak cerita masa kecil saya, percayalah terlalu banyak hal lucu dan tidak dapat digantikan. Saya sampai sekarang suka merasa aneh dengan kehidupan saya saat remaja mulai dari SMP, saya sekolah di Galatia 3, saya menjadi orang yang pendiam, pasif, sedikit teman tapi saya memiliki beberapa teman baik. Saya betah buat diam saat jam istirahat naik ke atas ruang kebaktian di lantai 4 dan hanya melamun melihat awan atau sekeliling, intinya benar-benar kagak jelas waktu itu ngapain.
Semua itu mulai berbeda saat saya mulai mengenal siapa itu Yesus Kristus, pribadi yang bukan sekedar Tuhan pencipta yang maha agung, tetapi teman yang mau duduk bersebelahan, diam dengarin semua curhat, bahkan iseng sama saya. Semua itu yang ingin saya tuliskan dan ceritakan di sini. Hope that bless you all.
0 komentar:
Posting Komentar